ContohSikap Menghormati Orangtua dalam Kehidupan Sehari Hari. 1. Menghargai Pendapat Orang Tua. Menghargai pendapat orang tua berarti kita menganggap pendapat itu penting walaupun pendapat itu tidak sepenuhnya benar, namun menghargainya sangat perlu terlebih yang mengeluarkan pendapat adalah orang tua. Maka sebaiknya ketika orang tua berbicara
Posted on 27/03/2022 In QnA Ditulis oleh Ev. Denny Teguh Sutandio Leave a comment “Tidak taat” adalah kata yang sering dilontarkan bahkan dengan kasar oleh orang tua kepada anaknya yang menurut perspektif orang tua, si anak melawan mereka. Kata yang sering dilontarkan ini didasarkan pada konsep yang salah tentang menghormati orang tua di mana menghormati orang tua identik dengan menaati orang tua dan selalu menganggap orang tua dan pandangannya pasti benar bahkan melebihi Allah. Bahkan beberapa orang tua “Kristen” mengutip ayat Alkitab di Keluaran 2012, “Hormatilah ayahmu dan ibumu” sebagai ayat favorit untuk mengindoktrinasi anak-anak mereka. Apa definisi yang benar dari menghormati orang tua dan aplikasinya menurut Alkitab? Definisi Orang Tua Menurut Alkitab Sebelum merenungkan menghormati orang tua, kita perlu memahami siapakah orang tua menurut Alkitab. Di poin pertama, kita belajar bahwa menurut Alkitab, orang tua bukan Allah. Artinya orang tua adalah salah satu otoritas yang Allah berikan kepada manusia. Di Keluaran 2012, Allah berfirman kepada umat Israel untuk menghormati orang tua. Menariknya, kalau kita memperhatikan sepuluh perintah Allah, perintah kelima yaitu ayat 12 merupakan perintah pertama dari relasi antar sesama manusia dan perintah pertama dari relasi antar sesama manusia ini hanya dijelaskan di 1 ayat, sedangkan menyembah Allah dijelaskan mulai dari perintah 1-4 ay. 3-11. Ini merupakan indikasi bahwa di dalam memberi perintah-Nya, Ia menempatkan diri-Nya sebagai yang terutama, baru setelah itu manusia dalam hal ini orang tua. Manusia yang disebut pertama kali oleh Allah adalah orang tua. Ini berarti Allah memberi otoritas kepada orang tua untuk dihormati. Apa artinya? John Durham menafsirkan bahwa orang tua adalah alat Allah John I. Durham, Exodus, 291. Sebagai alat Allah, orang tua harus memimpin anak-anak mereka bukan untuk menyembah dan mengasihi orang tua, tetapi menyembah dan mengasihi Allah Ul. 64-5. Di PB, Paulus juga mengajar konsep yang sama yaitu anak-anak harus menaati orang tua “di dalam Tuhan” Ef. 61. Karena orang tua bukan Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang tua merupakan manusia berdosa yang bisa salah baik dalam berkata maupun bertindak. Kesalahan ini bisa terjadi karena mereka mungkin kurang taat pada firman Allah. Oleh karena itu, berhentilah menjadi orang tua yang selalu melabeli anaknya “suka membantah” ketika anak berbeda pendapat dengan orang tua. Membantah tidak sama dengan berbeda pendapat. Anak dapat disebut membantah orang tua ketika orang tua memberi nasihat yang bijaksana, Alkitabiah, benar, dan logis, kemudian anaknya tidak peduli dengan nasihat tersebut bahkan sengaja melakukan apa yang bertentangan dengan nasihat tersebut tanpa alasan yang logis. Namun ketika orang tua memberi nasihat kepada anaknya tentang sesuatu entah dengan alasan maupun tanpa alasan dan anaknya tidak menyetujui nasihat itu dengan alasan yang logis lebih logis dari alasan orang tua, maka ketidaksetujuan si anak tidak dapat dikategorikan sebagai “membantah,” tetapi tidak setuju. Meskipun bisa bersalah dalam berkata maupun bertindak, Alkitab menjelaskan bahwa orang tua diberi mandat oleh Allah sebagai hamba sekaligus wakil-Nya. Apa artinya? Di Mazmur 1273, Firman Tuhan mengajar kita bahwa anak adalah pemberian Allah dan otomatis milik-Nya. Karena anak adalah milik Allah, maka konsekuensi logisnya adalah orang tua adalah hamba Allah yang “tidak mempunyai hak kepemilikan terhadap anak-anak mereka” R. Paul Stevens, Spiritualitas yang Membumi, 46. Meskipun bukan milik mereka, Allah mempercayakan otoritas kepada orang tua sebagai alat atau wakil-Nya yang mempertanggungjawabkan milik-Nya. Beberapa orang tua “Kristen” juga memahami bahwa diri mereka adalah wakil Allah, namun mereka memahami wakil Allah identik dengan Allah di mana semua keinginan mereka harus ditaati mutlak sama seperti menaati firman Allah. Paul David Tripp mengingatkan, “Otoritas yang Anda miliki adalah otoritas sebagai wakil Allah. Wakil Allah tidak memiliki otoritas kepada dan dari dirinya sendiri. Ia punya otoritas hanya karena ia merepresentasikan seorang Raja yang punya otoritas” Paul David Tripp, Bijak Menjadi Orang Tua, 131. Bagaimana cara orang tua menjadi wakil Allah? Pertama, orang tua berperan sebagai perantara yang “membawa anak-anak kepada Allah” yaitu memimpin anak-anak untuk menyembah dan mengasihi Allah lebih dari mengasihi orang tuanya Ul. 64-7 Stevens, Spiritualitas yang Membumi, 47. Selain itu, orang tua juga memimpin anak-anak untuk menggenapkan rencana Allah di dalam kehidupan anak-anak. Tripp mengingatkan kita kembali, “Pengasuhan yang merupakan tugas orang tua sebagai wakil Allah bukanlah dibentuk dan diarahkan oleh minat pribadi, kebutuhan pribadi, dan perspektif budaya. Setiap orang tua diutus untuk melakukan kehendak Allah dalam kehidupan anak-anak mereka. Artinya, dalam bentuk nyata, mengasuh bukan apa yang kita inginkan bagi dan dari anak-anak kita, tetapi apa yang Allah rencanakan dalam anugerah melalui kita kepada anak-anak kita” Tripp, Bijak Menjadi Orang Tua, 12. Dengan kata lain, orang tua diberi mandat oleh Allah untuk mendidik anak-anak mereka untuk percaya kepada Allah, mengasihi-Nya, dan menggenapkan panggilan dan kehendak-Nya bukan kehendak orang tua di dalam kehidupan anak-anak. Cara Menghormati Orang Tua Menurut Alkitab Definisi yang tepat tentang siapa orang tua menurut Alkitab mendorong kita menghormati orang tua dengan tepat menurut Alkitab. Cara menghormati orang tua yang tepat menurut Alkitab, yaitu Pertama, tunduk mutlak kepada firman Allah dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Sebagai komunitas umat Allah, anak harus tunduk mutlak kepada firman-Nya dan terbuka terhadap pimpinan Roh Kudus. Mengapa hal ini penting? Karena tips terpenting menghormati/menaati otoritas yang Allah berikan didahului dengan ketaatan mutlak kepada Allah yang memberi otoritas tersebut. Ketaatan mutlak ini mendorong kita menguji perkataan/tindakan orang tua kepada kita. Ketika kita menguji, kita perlu memohon pimpinan Roh Kudus untuk memahami firman-Nya sekaligus bijaksana bersikap terhadao perkataan atau tindakan orang tua. Kedua, menganggap orang tua kita adalah otoritas yang Allah berikan, namun terbatas. Di satu sisi, orang tua sebagai pemegang otoritas dari Allah memiliki kedudukan yang setara dengan otoritas lainnya seperti guru, bos, polisi, dll, namun tentu saja Allah memberi otoritas khusus kepada orang tua untuk mendidik dan mengajar anak-anaknya setiap waktu di mana tugas ini tidak dapat dilakukan oleh guru/dosen apalagi polisi. Meskipun Allah sudah memberi otoritas kepada orang tua, otoritas tersebut terbatas dalam arti anak boleh tidak menaati orang tua. Dalam hal apa kita sebagai anak boleh tidak menaati orang tua? Kita akan membahasnya di bagian terakhir. Ketiga, bersedia menaati perkataan atau tindakan orang tua yang benar secara Alkitabiah dan logis, namun siap menolak untuk taat jika perkataan atau tindakan orang tua melawan Alkitab dan tidak logis. Meskipun orang tua bisa salah, namun jangan lebay, lalu menganggap semua yang mereka katakan atau lakukan itu salah semua. Ketika ada perkataan atau tindakan mereka yang benar, kita sebagai anak harus rendah hati mengakui bahwa itu benar. Setelah itu, kita uji lagi, apakah perkataan atau tindakan mereka yang benar itu benar-benar penting atau tidak. Jangan asal benar, lalu ditaati. Kalau yang mereka katakan atau lakukan kepada kita itu benar dan benar-benar penting, kita harus belajar menaatinya, meskipun sulit. Kalau yang mereka katakan atau lakukan kepada kita benar, tapi tidak benar-benar penting, kita boleh sesekali menaati dan sesekali tidak menaati. Namun jika perkataan atau tindakan orang tua benar-benar salah, maka kita harus berani menolak, tetapi penolakan kita bukanlah penolakan yang kasar dan meremehkan, sebaliknya penolakan kita bisa kita lakukan dengan diam mendengar dan tidak melakukan atau hanya berkata “tidak”. Semuanya tergantung karakter orang tua kita. Bagaimana cara kita menguji perkataan atau tindakan orang tua kita? Pertama, Alkitab prinsip-prinsipnya. Kedua, tanya mbah Google atau buku/artikel ilmiah atau/dan tanyakan kepada ahlinya. Misalnya, ketika orang tua menasihati kita untuk berhati-hati secara ekstrem paranoid terhadap bahaya Covid-19, kita harus mengujinya dengan membandingkannya dengan prinsip Alkitab bertanggung jawab dan tidak terlalu kuatir dan buku-buku atau artikel ilmiah di Google atau/dan bertanya kepada teman/saudara atau sesama jemaat yang berprofesi sebagai dokter tentang Covid-19 dan bahayanya. Keempat, bersikap sopan kepada orang tua. Karena orang tua adalah otoritas yang Allah berikan, namun terbatas, maka Alkitab mengajar kita untuk bersikap sopan terhadap orang tua yang ditandai dengan tidak memandang rendah, memukul, dan mengutuk mereka Kel. 2115, 17; Im. 209; Ul. 2716; Ams. 2020. Kelima, siap menanggung biaya hidup orang tua kita semampu kita. Salah satu cara menghormati orang tua adalah seperti tradisi Yahudi yaitu memberi dukungan keuangan bagi orang tua yang sudah lanjut usia Mat. 154-6. Namun tentu saja menanggung biaya hidup orang tua disesuai dengan kemampuan keuangan kita. Keenam, berkomitmen untuk mengajar dan mengingatkan diri kita sendiri sebagai anak untuk tidak mengulangi perkataan/tindakan orang tua kita yang salah kepada anak kita kelak. Ketika orang tua kita terlalu memanjakan kita, maka mungkin sekali kita akan terpengaruh memanjakan anak kita kelak, tetapi mintalah Roh Kudus mengingatkan dan mengajar kita untuk menghentikan itu karena sikap demikian tidak Alkitabiah. Allah yang mengasihi umat-Nya bukan Allah yang memberi apa pun yang mereka minta, tetapi memberi apa yang mereka perlu untuk memuliakan Allah. Batasan Menghormati Orang Tua Menurut Alkitab Meskipun Alkitab mengajar tentang pentingnya menghormati orang tua, Alkitab mengajar kita bahwa anak boleh tidak menaati orang tua ketika Pertama, orang tua melawan firman Allah. Di Efesus 61, Paulus mengajar anak untuk menaati orang tua “di dalam Tuhan.” Mengapa Paulus mengajar hal ini? Di dalam kebudayaan Yunani-Romawi yang menjadi latar belakang penerima surat Efesus, anak wajib mengasihi, menghormati, menafkahi, menguburkan, dan memuliakan orang tua setelah kematian Frank Thielman, Ephesians, 396. Bahkan orang tua harus dihormati sebagai dewa duniawi Andrew T. Lincoln, Ephesians, 401. Dengan konteks inilah, Paulus mengadopsi kebudayaan Yunani-Romawi tentang pentingnya anak menghormati orang tua, namun bedanya dengan Kekristenan adalah “di dalam Tuhan.” Artinya anak dan orang tua sama-sama anggota komunitas kovenan di dalam Kristus, sehingga anak menghormati orang tua dalam batasan yang jelas yaitu firman Kristus yang mengontrol orang tua dan anak S. M. Baugh, Ephesians, 505. Kedua, si anak masih belum menikah. Ketika si anak masih single atau belum menikah, maka ia wajib menghormati bahkan menaati orang tua selama orang tua tersebut memimpinnya menaati firman-Nya. Namun ketika si anak sudah menikah, maka ia tetap menghormati orang tua hanya sebatas tidak membentak atau mengutuk mereka tanpa harus menaati semua nasihat orang tua. Inilah yang membedakan Kekristenan dengan agama-agama lain. Mengapa ada pemisahan seperti ini? Alkitab sendiri ngajarin kita secara konsisten bahwa laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya untuk bersatu dengan istrinya Kej. 224; Mat. 195; Ef. 531. Apa artinya “meninggalkan”? Apakah laki-laki yang menikah harus pisah rumah dengan orang tuanya? Belum tentu meskipun saya sarankan lebih baik pisah rumah. Alasannya di dalam pernikahan Israel, pengantin pria tetap tinggal di atau dekat rumah orang tuanya, sedangkan pengantrin wanita yang meninggalkan rumah untuk bergabung dengan suaminya. Oleh karena itu, Gordon J. Wenham menafsirkan “meninggalkan” di sini merujuk pd prioritas. Sebelum menikah, pria akan memprioritaskan orang tuanya, namun setelah menikah, ia akan lebih memprioritaskan istrinya Gordon J. Wenham, Genesis 1-15, 70. Konsep ini juga diajarkan Paulus di mana ia mengajarkan dua macam otoritas yang Allah berikan di dalam keluarga yaitu suami-istri Ef. 522-33 dan anak-orang tua 61-4. Ini berarti otoritas suami berbeda dengan otoritas orang tua. Meskipun si suami merupakan anak dari orang tua, suami tetap harus menjalankan perannya sebagai suami bagi istri yang mengasihi dan terikat dengan istri 525, 31. Alkitab dengan tegas mengajarkan Allah adalah otoritas mutlak dalam hidup orang Kristen dan Ia memberi otoritas lainnya kepada manusia, yaitu orang tua, pendeta/hamba Tuhan, guru atau dosen, polisi, hakim, dll, namun ingatlah otoritas-otoritas tersebut adalah otoritas turunan dari Allah, bukan otoritas mutlak. Oleh karena itu, tempatkan Allah di tempat yang tepat yaitu terutama dalam hidup kita dan orang tua di tempat kedua di bawah Allah. Amin. Photo by 𝔥𝔦𝔩𝔩𝔞𝔯𝔶 𝔭𝔢𝔯𝔞𝔩𝔱𝔞 on Unsplash
Bisakita lihat disini, kalau dari perintah hukum taurat kedua ini, Tuhan menempatkan perintah untuk menghormati orang tua di atas perintah-perintah lainnya. Kalau disandingkan dengan hukum-hukum taurat yang lain pun, hukum ini merupakan satu-satunya perintah Tuhan yang ada janjinya.
Cara Menghormati Orang Tua Menurut Islam, Foto Unsplash/Nienke BurgersDalam Islam, orang tua memiliki kemuliaan yang tinggi dan istimewa. Maka, penting bagi seorang anak untuk mengetahui cara menghormati orang tua menurut tua turut berperan dalam kehidupan anak, baik secara fisik maupun emosional. Menghormati orang tua bukan hanya kewajiban moral, melainkan juga termasuk bentuk ibadah kepada Allah Pentingnya Menghormati Orang TuaMenghormati orang tua termasuk perbuatan yang dijunjung tinggi di dalam Islam. Allah SWT dengan tegas memerintahkan agar umat Muslim menghormati dan memuliakan orang tersebut seperti tercantum dalam Al-Qur’an Surah Al-Israa’ 1723 yang menjelaskan tentang perintah memuliakan dan berbuat baik kepada orang SWT menyukai umat-Nya yang menghormati orang tua. Bahkan, Rasulullah SAW menjelaskan bahwa menghormati orang tua termasuk salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah Menghormati Orang Tua Menurut IslamMengutip dari situs resmi terdapat beberapa cara menghormati orang tua menurut Islam yang dapat dilakukan seorang anak, di antaranya 1. Mendengarkan dengan Penuh PerhatianSaat orang tua berbicara, seorang anak sebaiknya memberikan perhatian penuh saat mendengarkan. Jangan terburu-buru atau terganggu dengan hal-hal lain saat berkomunikasi dengan orang dengan penuh perhatian juga termasuk bentuk menghargai komunikasi antara anak dan orang tua. Dengan begitu, orang tua akan bersedia menerima tanggapan dari anak dengan Memberikan BantuanHubungan antara orang tua dan anak tidak akan pernah ada ujungnya. Maka dari itu, keduanya perlu saling pula seorang anak dapat mewujudkan sikap hormatnya kepada orang tua dengan cara memberikan bantuan. Saat orang tua dalam kesulitan, anak dapat menawarkan bantuan secara ini dapat meningkatkan rasa kasih sayang antara anak dan orang tua. Tidak hanya itu, orang tua pun akan merasa bersyukur menerima bantuan dari Menghindari Kata-kata KasarAllah SWT telah memerintahkan untuk tidak berbuat buruk kepada orang tua, bahkan dengan mengucap perkataan “ah” orang tua dapat dilakukan dengan menghindari perkataan kasar atau menghina. Pastikan juga untuk tidak membentak atau mengangkat suara saat berbicara dengan orang Menghargai WaktuCara menghormati orang tua menurut Islam ini dapat dilakukan dengan meluangkan waktu untuk berkumpul bersama. Jadwalkan waktu untuk mendengarkan ceritanya atau melakukan kegiatan yang disukai orang dengan orang tua ini akan menjadi momen yang berarti. Utamanya, saat orang tua sudah memasuki usia Mendoakan Kebaikan untuk Orang TuaSalah satu amalan jariyah yang tidak akan terputus amalnya adalah doa anak saleh kepada orang tuanya. Maka, penting bagi anak untuk mendoakan kebaikan bagi orang ini juga merupakan bentuk syukur atas kebaikan orang tua yang sudah melahirkan, merawat, membesarkan, dan mendidik anak sampai tumbuh Memohon Maaf kepada Orang TuaTidak ada manusia yang luput dari slaah atau dosa, termasuk juga seorang anak kepada orang tua. Tidak ada salahnya jika seorang anak dengan legowo memohon maaf kepada orang tua saat memiliki ini menunjukkan bentuk hormat seorang anak kepada orang tua yang sudah membesarkannya dengan penuh kasih Mengikuti Nasihat dan Petunjuk Orang TuaOrang tua memiliki pengalaman hidup yang berharga, akan banyak nasihat dan petunjuk darinya. Maka, anak perlu mengikuti setiap nasihat dan petunjuk meremehkan atau mengabaikan nasihat, karena orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Mengikuti nasihat adalah cara yang baik untuk menunjukkan penghargaan dan yang perlu ditekankan adalah memastikan bahwa nasihat dan petunjuk yang diberikan orang tua tidak melanggar syariat 7 cara menghormati orang tua menurut Islam yang dapat dilakukan seorang anak. Dengan menerapkan cara tersebut diharapkan dapat terjalin hubungan yang harmonis, mendapat berkah, serta kebahagiaan dunia dan akhirat.aww
Selaluberbuat baik dan memprioritaskan orang tua Usahakan agar mendahulukan kepentingan orangtua, dibandingkan kepentingan diri sendiri. Perlu diingat, bahwa menghormati dan mengutamakan kedua orang tua merupakan sumber berkah dan ridho dari Allah SWT. 3. Membantu mewujudkan mimpi orang tua
Jakarta - Ada sebuah kisah tentang Uwais al Qarni yang kerap dijadikan contoh bagaimana seorang anak harus berbakti kepada orang tua. Di dalam Al Quran dan hadits pun juga banyak disebutkan berbagai cara berbakti kepada orang tua dalam Islam. Berbakti kepada orang tua sudah semestinya dilakukan seorang anak. Keutamaan berbakti kepada orang tua dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir 2/298. Di situ disebutkan bahwa menghormati orang tua merupakan hal yang penting dilakukan. Sebab, anak bisa lahir ke dunia karena kedua orang tua. Allah SWT juga menempatkan kalimat kedua orang tua walidain setelah kata perintah keesaan kepada Allah, seperti Quran surat Luqman ayat 14Arab وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُLatin wa waṣṣainal-insāna biwālidaīh, ḥamalat-hu ummuhụ wahnan 'alā wahniw wa fiṣāluhụ fī 'āmaini anisykur lī wa liwālidaīk, ilayyal-maṣīrArtinya Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku bagaimana cara berbakti kepada orang tua?Dalam Quran Surat An Nisa ayat 36, Allah SWT berfirman tentang cara berbakti kepada orang tuaArab وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙLatin wa'budullāha wa lā tusyrikụ bihī syai`aw wa bil-wālidaini iḥsānaw wa biżil-qurbā wal-yatāmā wal-masākīni wal-jāri żil-qurbā wal-jāril-junubi waṣ-ṣāḥibi bil-jambi wabnis-sabīli wa mā malakat aimānukum, innallāha lā yuḥibbu mang kāna mukhtālan fakhụrāArtinya Dan sembah lah Allah dan jangan lah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat-baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan berbakti kepada orang tua lainnya dengan bertutur kata sopan. Seorang anak harus memberikan manfaat kepada orang tuanya bila mana ditakdirkan menjumpai orang tua dalam keadaan tua renta, pikun, atau daya kecerdasan otaknya Quran surat Al Isra ayat 23, Allah SWT berfirman mengenai larangan anak berkata kasar, melainkan harus bertutur kata mulia kepada orang عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًاLatin wa qaḍā rabbuka allā ta'budū illā iyyāhu wa bil-wālidaini iḥsānā, immā yabluganna 'indakal-kibara aḥaduhumā au kilāhumā fa lā taqul lahumā uffiw wa lā tan-har-humā wa qul lahumā qaulang karīmāArtinya Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang cara berbakti kepada orang tua dengan mendoakan kebaikan-kebaikan yang melimpah. Pasalnya, hal itu akan bermanfaat kepada orang tua kelak setelah meninggal sebuah hadits diriwayatkan, Nabi Muhammad bersabda bahwa ada tiga amal yang tak akan terputus setelah meninggal, yakni sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, atau anak shalih yang semoga kita selalu mengamalkan cara berbakti kepada orang tua ya! pay/erd
allahtelah menetapkan otoritas dalam keluarga yaitu suami mengepalai memelihara kehidupan sang isteri ,melindunginya,dan melakukan semua yg dapat ia lakukan untuk menolongnya bertumbuh semakin menyerupai kristus dan mempergunakan karunia2 yg telah allah berikan kepadanya.isteri harus tunduk kepada suaminya.ia harus menghormati
Lori Official Writer Kalau kita baca kisah-kisah di dalam Alkitab, sebagian besar tokoh-tokoh penting berjuang untuk mendapatkan anak. Uniknya, mereka justru harus mendapatkan anak di usia mereka yang sudah tua. Sebut saja Abraham dan Sara, Zakharia dan istrinya, Hana, Manoah dan istri, Ayub dan Ribka. Hal ini membuktikan bahwa Tuhan memandang seorang anak sebagai sesuatu yang sangat penting. Kita percaya bahwa saat Tuhan mempercayakan seorang anak kepada pasangan suami istri, itu artinya Dia punya rencana atas anak tersebut. Karena itulah peran orangtua sangat diperlukan dalam tumbuh kembang seorang anak sampai dia beranjak dewasa dan siap melakukan tanggung jawabnya sendiri. Bahkan Yusuf dan Maria diberikan kepercayaan kepada Tuhan untuk merawat dan membesarkan Yesus sampai Dia dewasa dan memulai pelayanan-Nya. Saat Tuhan mmepercayakan pasangan menikah seorang anak, Tuhan tentu saja mengharapkan orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak. Dan beberapa tokoh Alkitab ini membuktikan bahwa mereka mau belajar dan dibimbing untuk menjadi orangtua yang terbaik yang pernah tercatat dalam Alkitab. Hana, Ibu Samuel Hana adalah salah satu wanita yang paling menginspirasi dalam Alkitab. Meskipun sudah begitu lama menantikan seorang anak, namun Hana rela mempersembahkan putra sulungnya Samuel kepada Tuhan sejak dia lahir. Sepanjang hidupnya Samuel pun melayani Tuhan. Yang bisa kita pelajari dari Hana adalah bahwa dia punya iman yang teguh dan kerelaan hati untuk menyerahkan hal paling berharga yang dia punya untuk Tuhan dan kehendak-Nya. Yusuf, Ayah Yesus Bayangkan kalau pasanganmu memberi tahu kalau dia mengandung anak Allah. Dalam posisi Yusuf, saat itu dia mungkin tidak dengan mudah bisa menerima keadaan Maria. Tapi sebagai pria yang juga percaya Tuhan, dia mengambil peran dalam rencana Tuhan atas dunia. Dia percaya kepada Maria dan dengan setia mendampingi istrinya sampai bayi Yesus lahir sebagaimana telah dinubuatkan sejak lama. Sebagai orangtua, segala sesuatunya gak akan selalu berjalan sesuai dengan rencana. Aka nada hal-hal yang tidak masuk akal terjadi. Tapi di situlah kita perlu mengandalkan iman dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan dan janji-janji-Nya. Jadi, jika kamu menyadari bahwa anak yang dipercayakan Tuhan saat ini adalah bagian dari kehendak Tuhan, maka ambil bagianlah untuk menjadi sosok orangtua yang menghantar anak kepada kehendak Tuhan. Baca Juga 5 Langkah Sederhana Ajarkan Si Kecil Jadi Penginjil Sejak Belia Punya Iman Kecil Tapi Berdampak, Belajar dari Ibu dan Nenek Dalam Alkitab Ini Abraham, Ayah Ishak Ini adalah salah satu kisah Alkitab yang melegenda. Abraham dan Sara secara usia bisa dibilang harusnya tak lagi mungkin punya anak. Tapi karena rencana Tuhan atas bangsa Israel, dia pun mempercayakan seorang anak atas mereka yang kemudian dinamakan Ishak. Kehadiran Ishak sendiri menjadi sukacita yang besar bagi kedua orangtuanya. Tapi menjadi orangtua ternyata gak semudah yang dibayangkan Abraham. Tuhan sendiri bahkan menuntut Abraham untuk menyerahkan Ishak sebagai persembahan baginya. Bayangkan jika kamu adalah seorang ayah dan berada di posisi Abraham, apakah kamu rela menyerahkan anak semata wayangmu untuk disembelih dan diserahkan kepada Tuhan? Gak ada orangtua yang akan rela melakukan hal gila semacam itu. Tapi tidak dengan Abraham. Dia memilih taat kepada Tuhan. Dari ketaatan itulah Tuhan menunjukkan keadilan dan kasih-Nya kepada Abraham. Abraham adalah contoh orangtua yang punya iman yang begitu teguh yang pernah dicatat dalam Alkitab. Eunice, Ibu Timotius Timotius adalah salah satu murid dari Rasul Paulus. Melalui iman Eunice kepada Tuhan, dia mampu mendidik Timotius menjadi seorang anak berkarakter pemimpin dan yang begitu mengasihi Tuhan. Dia tahu tujuan hidupnya melalui pengasuhan seorang Eunice. Bahkan Eunice sendiri dimuji oleh Paulus karena mampu mendidik sosok pria seperti Timotius yang begitu mengasihi Tuhan. Iman dan doa Eunicelah yang diyakini membentuk Timotius menjadi pribadi yang mau dipakai Tuhan untuk menggembalakan banyak orang bersama Paulus. Sebagai orangtua, keempat tokoh Alkitab ini mengajarkan kita tentang bernilainya seorang anak bagi Tuhan. Mereka juga menyadari betul bahwa anak yang dipercayakan atas mereka asalnya dari Tuhan. Sehingga dengan iman mereka rela melakukan apapun yang Tuhan kehendaki atas anak-anak mereka. Apakah kamu sudah melakukan hal yang sama? Mari untuk tetap beriman dan berdoa atas anak-anak kita dan meminta Tuhan untuk membimbing setiap proses pengasuhan terhadap anak supaya mereka sampai pada tujuan akhir dari Tuhan. "Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN, dan buah kandungan adalah suatu upah." Mazmur 1273 Sumber Halaman 1
Selamadua ratus tahun pertama, orang-orang Kristen "menolak untuk membunuh di dalam militer, dalam mempertahankan diri, atau di dalam sistem peradilan. Ketika Gereja pertama kali diakui sebagai suatu lembaga publik pada tahun 313 , sikapnya terhadap hukuman mati menjadi suatu bentuk toleransi meski bukan penerimaan secara langsung. [85]
Claudia Jessica Official Writer Kebudayaan yang terus berkembang seiring zaman membuat pertumbuhan anak berbeda dengan zaman sebelumnya. Misalnya seperti, anak zaman sekarang hidup di zaman digital harus mendapatkan bimbingan dalam menggunakan ponsel pintarnya maupun saat menjelajah di dunia maya. Orangtua tidak hanya bertanggung jawab terhadap kebutuhan jasmani anak, namun mereka juga bertanggung jawab dalam mendidik dan memuridkan anak-anaknya. Berikut ini adalah beberapa Firman Tuhan yang menyebutkan tentang tanggung jawab orang tua kepada anak 1. Mengasihi anak Matius 7 9-10 “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti?” Tidak hanya mencukupi kebutuhan jasmani mereka, orang tua juga harus terhubung secara emosional. Terdapat tiga kebutuhan utama anak, yaitu terhubung secara fisik dan emosional, diterima dan mendapatkan perhatian dan kepedulian dari orangtua. BACA JUGA Jadi Teladan Bagi Ibu-ibu, Inilah 9 Sosok Ibu yang Luar Biasa di Alkitab 2. Memuridkan anak Amsal 1 7 “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan, tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.” Amsal menyebutkan bahwa permulaan dari segala sesuatu adalah takut akan Tuhan. Hal ini adalah tanggung jawab orang tua untuk memuridkan anak mereka yang Tuhan karuniakan. Di era global saat ini, anak-anak rentan menjadi lebih sekuler karena dipengaruhi oleh pandangan humanisme dan relativitas dunia. Oleh karena itu, orangtua memiliki peran yang besar dalam memuridkan anak di dalam Tuhan sebelum anak dimuridkan oleh dunia. 3. Tidak menyakiti anak Kolose 3 21 “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya.” Tidak menyakiti secara fisik, tindakan maupun melalui perkataan adalah kewajiban bagi orangtua. Karena hal ini dapat membuat hati anak menjadi tawar dan tidak dapat merasakan kasih sebenarnya. Yang terburuk, hal ini dapat menyebabkan kepahitan dalam hati anak. 4. Mendoakan anak Tidak ada perintah khusus bagi orangtua untuk mendoakan anak mereka dalam Alkitab. Namun, sejumlah tokoh Alkitab tercatat bahwa mereka berdoa bagi anak-anak mereka. Sudahkah Anda menjadi orang tua yang dikehendaki oleh Tuhan? BACA JUGA 7 Doa yang Dibutuhkan Anak Muda Saat Ini, Parents Doakan Yuk! Sumber berbagai sumber Halaman 1
. 299 202 249 216 275 361 76 295
cara menghormati orang tua dalam kristen